Isra Mi’raj (bahasa Arab: الإسراء والمعراج, al-’Isrā’ wal-Mi‘rāj) adalah bagian kedua dari
perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dalam
waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi
umat Islam, karena
pada peristiwa inilah dia mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam. Beberapa
penggambaran tentang kejadian ini dapat dilihat di Surah Al-Isra.
Pada abad ke-7 atau sekitar 1400 tahun silam, kita juga mendengar suatu
peristiwa Isra’ Miraj yang dilakukan Rasulullah saw. Peristiwa itu jauh lebih
mengagumkan dari satelit ataupun sputik dan benda-benda langit lainnya.
“Kemudian sampailah Rasulullah Muhammad saw pada Ruang yang Mutlak yang dinamakan “Maha Ruang”. Inilah yang disebut “Dan dia Muhammad di ufuk yang tertinggi” (Mudhary, 1996:21)”.
Peristiwa
luar biasa ini kontan membuat kontroversi di masyarakat. Ada masyarakat yang
mencemooh; kebanyakan dari mereka orang kafir. Mereka menggemboskan isu bahwa
Muhammad telah gila. Kelompok kedua adalah mereka yang ragu-ragu. Kelompok ketiga adalah mereka yang begitu yakin akan
Mukjizat nabi. Perjalanan Isra’ Miraj bagi mereka justru meningkatkan
kayakinannya bahwa beliau benar-benar utusan Allah.
“Bahkan jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat melintasi nya kecuali dengan kekuatan” (QS.Ar Rahman:33).
Hubungan
antara tanda-tanda kebenaran di dalam al Quran dan alam raya dipadukan melalui
mukjizat Al Quran dengan mukjizat alam raya yang menggambarkan kekuasaan Tuhan.
Pembuktian-pembuktian sains modern telah menampakan sebuah paradigma bahwa perjalanan Muhammad menjumpai Tuhannya dengan menembus batas-batas langit adalah benar. Sebab, perjalanan itu bisa ditafsir ulang dengan sains kekinian, dan dibuktikan secara ilmiah.
Pembuktian-pembuktian sains modern telah menampakan sebuah paradigma bahwa perjalanan Muhammad menjumpai Tuhannya dengan menembus batas-batas langit adalah benar. Sebab, perjalanan itu bisa ditafsir ulang dengan sains kekinian, dan dibuktikan secara ilmiah.
- Skenario Isra Mi’raj dan Tafsir Fisik
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah diberkahi sekelilingnya oleh Allah agar Kami perhatikan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS Al Isra:1).
Dalam ayat
ini, Allah sudah menjelaskan skenario perjalanan Isra Mi’raj Nabi Muhammad.
Sehingga dengan berpatokan pada ayat ini, kita bisa memperoleh pemahaman yang
sangat memadai tentang mukjizat Isra dan Mi’raj tersebut.
Dalam
tinjauan Agus Mustofa (2006:11), setidak-tidaknya ada delapan kata kunci yang
menjadi catatan penting dan menuntut pemahaman kita menembus batas-batas langit
untuk menafsir perjalanan kontroversial ini. Baiklah, jika kita mencoba untuk
menguraikan makna kata-kata tersebut, maka akan menjadi seperti ini:
- Catatan pertama, terdapat pada kata Subhanallah, Maha Suci Allah. Hal ini mengisyaratkan bahwa persitiwa ini sangat luar biasa.
- Catatan kedua, adalah dalam kata asraa, yang telah memperjalankan. Ini berarti bahwa perjalanan Isra Mi’raj bukan atas kehendak Rasulullah, melainkan kehendak Allah.
Pembuktian
menurut ilmu Fisika, eter menjadi zat pembawa sekaligus pelantara daya
elektromagnetik. Eter adalah udara yang ringan sekali, lebih ringan dari udara
yang dihirup oleh manusia: O2. Dalam bahasa Arab disebut dengan “Itsir”. Jika
eter bergetar, niscaya membutuhkan pula zat pembawa yang lebih halus lagi dari
eter itu sendiri, agar getaran eter itu bisa tersebar ke mana-mana.
Sedangkan
menurut Ilmu Metafisika, Rasul naik ke ruang angkasa melakukan perjalanan
Mi’rajnya tentu membutuhkan zat pembawa yang lebih halus dari jiwa atau
rohaninya. Oleh karena itu, makhluk hidup yang memiliki dua jasad: jasmani dan
rohani, maka diperlukan zat pembawa yang lebih halus dari rohani itu sendiri
dan mampu mengangkat jasmani Rasul sekaligus. Dan ternyata makhluk yang sangat
halus itu bernama Jibril.
Selain Jibril, perjalanan super istimewa itu
disertai juga oleh kendaraan spesial yang didesain Allah dengan sangat spesial
bernama Buraq. Ia adalah makhluk berbadan cahaya yang berasal dari alam malakut
yang dijadikan tunggangan selama perjalanan tersebut.